Minggu, 27 Oktober 2013

BAHASA INDONESIA 1-Tugas 1(Tulisan 3)


Anak perusahaan PT. Astra International, Tbk dan PT. Astra International, Tbk sendiri mendapatkan laba resik diangka Rp. 8,8 triliun saat semester I-2013. Laba PT. Astra International, Tbk turun 9% dari pendapatan semester I-2012 yang saat itu berada di angka Rp.9,7 triliun. Laba bersih di setiap saham turun 9 persen menjadi Rp. 218 per saham. PT. Astra International, Tbk dan anak perusahaannya memberi informasi bahwa adanya sedikit penurunan kinerja sepanjang semester I-2013 dibandingkan semester I-2012.

Melalui peluncurannya dikatakan bahwa pendapatan bersih Astra saat ini selama 6 bulan di tahun 2013 adalah Rp 94,3 triliun. Pendapatan bersih ini mengalami penurunan 2 persen dibanding periode 2012 yang mencapai Rp 95,9 triliun.

Menurut Presiden Direktur PT. Astra International, Tbk, Prijono Sugiarto, ada beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memengaruhi kinerja usaha pada semester II tahun 2013.

Faktor yang dimaksud adalah peningkatan kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja, dan menurunnya harga komoditas. Adapun prospek permintaan domestik sendiri tetap tumbuh.

Ada enam lini bisnis inti yang menjadi fokus kegiatan Grup Astra, yakni divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agrobisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.

Prijono Sugiarto seorang presiden direktur PT. Astra International, Tbk, “banyak faktor yang akan mempengaruhi kinerja pada semester II tahun 2013. Faktor Yang dimaksud tersebut adalah peningkatan kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja.”

Tidak hanya mengalami penurunan tetapi ada dua divisi yang mengalami kenaikan laba bersih, kedua divisi tersebut adalah divisi jasa keuangan yang naik 19 persen menjadi Rp. 2,1 triliun dan divisi teknologi informasi yang bertambah 2 persen ke angka Rp. 55 miliar. Untuk Divisi alat berat dan pertambangan laba bersihnya turun 24 persen ke angka Rp. 1,4 triliun. Laba bersih divisi agrobisnis turun 25 persen menjadi Rp. 571 miliar.

Peningkatan pendapatan masyarakat dan masih terjangkaunya tingkat suku bunga mendukung tetap tingginya permintaan kendaraan bermotor. Penurunan laba bersih segmen otomotif disebabkan meningkatnya persaingan akibat peningkatan kapasitas produksi domestik dan tingginya biaya tenaga kerja.

Produk hemat energi milik Astra Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla atau yang disebut Low Cost Green carakan diluncurkan pada bulan Agustus tahun ini dengan rata rata produksi 10.000 unit per bulan.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menginginkan pemerintah untuk memperbaiki tentang regulasi tentang mobil hemat energi dan ramah lingkungan.

Memang benar kebijakan tentang mobil hemat dan ramah lingkungan bisa diterima jika sistem transportasi di kota besar sudah maju. Tetapi regulasi mobil hemat ini saat ini tidak tepat waktu dikarenakan jeleknya prasarana transportasi umum di Indonesia.

Sumber                                :
Analisis           :
Perusahaan PT. Astra International, Tbk dan anak perusahaan PT. Astra International, Tbk ingin meningkatkan laba perusahaannya di periode berikutnya, dengan mengeluarkan mobil yang saat ini sedang digalakkan besar-besaran. Periode sebelumnya walaupun labanya menurun dari tahun 2012 tapi penjualan mobilnya saya rasa perusahaan tersebut sukses memasarkannya. Karena banyak sekali masyarakat yang membeli produk dari perusahaan tersebut. Namun apakah perusahaan itu memikirkan keadaan Ibu Kota saat ini dengan mengeluarkan produk mobil barunya di periode sekarang yang disebut Low Cost Green atau mobil hemat lingkungan???
Saya rasa Ibu Kota Jakarta akan menjadi kota mati apabila masyarakatnya disuguhkan terus menerus mobil murah dan hemat energi serta ramah lingkungan. Akan bertambahnya kemacetan. Saya sangat sejutu apabila pemerintah memperbaiki angkutan massalnya agar masyarakat tidak terobsesi memiliki mobil murah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar