Anak
perusahaan PT. Astra International, Tbk dan PT. Astra International, Tbk
sendiri mendapatkan laba resik diangka Rp. 8,8 triliun saat semester I-2013.
Laba PT. Astra International, Tbk turun 9% dari pendapatan semester I-2012 yang
saat itu berada di angka Rp.9,7 triliun. Laba bersih di setiap saham turun 9 persen
menjadi Rp. 218 per saham. PT. Astra International, Tbk dan anak
perusahaannya memberi informasi bahwa adanya sedikit penurunan kinerja
sepanjang semester I-2013 dibandingkan semester I-2012.
Melalui
peluncurannya dikatakan bahwa pendapatan bersih Astra saat ini selama 6 bulan
di tahun 2013 adalah Rp 94,3 triliun. Pendapatan bersih ini mengalami penurunan
2 persen dibanding periode 2012 yang mencapai Rp 95,9 triliun.
Menurut
Presiden Direktur PT. Astra International, Tbk, Prijono Sugiarto, ada
beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memengaruhi kinerja usaha pada
semester II tahun 2013.
Faktor yang
dimaksud adalah peningkatan kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga
kerja, dan menurunnya harga komoditas. Adapun prospek permintaan domestik
sendiri tetap tumbuh.
Ada enam
lini bisnis inti yang menjadi fokus kegiatan Grup Astra, yakni divisi otomotif,
jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agrobisnis, infrastruktur dan
logistik, serta teknologi informasi.
Prijono
Sugiarto seorang presiden direktur PT. Astra International, Tbk, “banyak
faktor yang akan mempengaruhi kinerja pada semester II tahun 2013. Faktor Yang
dimaksud tersebut adalah peningkatan kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya
tenaga kerja.”
Tidak hanya
mengalami penurunan tetapi ada dua divisi yang mengalami kenaikan laba bersih,
kedua divisi tersebut adalah divisi jasa keuangan yang naik 19 persen menjadi
Rp. 2,1 triliun dan divisi teknologi informasi yang bertambah 2 persen ke angka
Rp. 55 miliar. Untuk Divisi alat berat dan pertambangan laba bersihnya turun 24
persen ke angka Rp. 1,4 triliun. Laba bersih divisi agrobisnis turun 25 persen
menjadi Rp. 571 miliar.
Peningkatan
pendapatan masyarakat dan masih terjangkaunya tingkat suku bunga mendukung
tetap tingginya permintaan kendaraan bermotor. Penurunan laba bersih segmen
otomotif disebabkan meningkatnya persaingan akibat peningkatan kapasitas
produksi domestik dan tingginya biaya tenaga kerja.
Produk hemat
energi milik Astra Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla atau yang disebut Low
Cost Green carakan diluncurkan pada bulan Agustus tahun ini dengan rata
rata produksi 10.000 unit per bulan.
Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia menginginkan pemerintah untuk memperbaiki tentang
regulasi tentang mobil hemat energi dan ramah lingkungan.
Memang benar
kebijakan tentang mobil hemat dan ramah lingkungan bisa diterima jika sistem
transportasi di kota besar sudah maju. Tetapi regulasi mobil hemat ini saat ini
tidak tepat waktu dikarenakan jeleknya prasarana transportasi umum di
Indonesia.
Sumber :
Analisis :
Perusahaan PT. Astra International, Tbk dan anak perusahaan PT. Astra
International, Tbk ingin meningkatkan laba perusahaannya di periode berikutnya,
dengan mengeluarkan mobil yang saat ini sedang digalakkan besar-besaran.
Periode sebelumnya walaupun labanya menurun dari tahun 2012 tapi penjualan
mobilnya saya rasa perusahaan tersebut sukses memasarkannya. Karena banyak
sekali masyarakat yang membeli produk dari perusahaan tersebut. Namun apakah
perusahaan itu memikirkan keadaan Ibu Kota saat ini dengan mengeluarkan produk
mobil barunya di periode sekarang yang disebut Low Cost Green atau mobil hemat lingkungan???
Saya rasa Ibu Kota Jakarta akan menjadi kota
mati apabila masyarakatnya disuguhkan terus menerus mobil murah dan hemat
energi serta ramah lingkungan. Akan bertambahnya kemacetan. Saya sangat sejutu
apabila pemerintah memperbaiki angkutan massalnya agar masyarakat tidak
terobsesi memiliki mobil murah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar